Jumat, 06 April 2012

Kota Bebas Sampah Visual


Akhir-akhir ini perdebatan dan diskusi soal kota yang bebas dari sampah visual menjadi topic yang hangat di social media. Sebuah group yang membahas tentang “Sampah Visual” yang ada di Indonesia dan Jogja pada khususnya. Secara beruntun muncul pendapat-pendapat baru tentang pentingnya memperhatikan lingkungan kota yang kini dikerumuni oleh liarnya sampah visual. Saling melontarkan pendapat, bertanya pada siapa saja yang akan berusaha menjawab. Seolah-olah geregetan dengan permasalahan ini, yang tidak ditemukan titik terang dari beberapa pendapat. Apa yang harus kita lakukan?

Mencoba mencari dan mengumpulkan data yang kemudian di rangkum dalam kalimat-kalimat sederhana. Ada yang mengumpulkan data foto (dokumentasi), ada yang mengeposkan alamat blog mengenai contoh-contoh kota yang bebas dari sampah visual saat ini. Menurut saya sendiri ini merupakan suatu hal yang menarik. Saya sendiri tersentuh untuk turut serta membantu sesuai dengan kemampuan. Mencoba untuk membranikan diri menulis pada sebuah blog yang sudah lama tidak saya sentuh. Mungkin ini usaha kecil, tapi saya yakin keinginan dari berbagai pihak tentang kota yang indah yang mereka mimpikan akan segera terwujud.
Banyak dari teman-teman menceritakan kota yang berhasil mewujudkan kota indah itu. Sao Paulo, yaitu kota yang berada di Brasil. Saya menjadi penasaran mengapa kota itu benar-benar memperhatikan tata kota mereka. Saking ingin tahu siapakah kota dan seperti apakah kota tersebut? Akhirnya saya mencarinya di paman Google.

São Paulo adalah kota terbesar di Brasil dan belahan bumi selatan, dan juga merupakan wilayah metropolitan terbesar ke-7 di dunia. Kota ini merupakan ibukota negara bagian São Paulo, negara bagian dengan jumlah penduduk terbesar di Brasil. Nama kota ini merupakan penghormatan kepadaSanto Paulus. São Paulo berpengaruh kuat dalam perdagangan dan keuangan regional, dan juga kesenian dan hiburan. São Paulo dianggap sebagai kota global alfa.


gambar : Kota Sao Paulo dari tampak atas



Sao Paulo merupakan kota terbesar di Amerika Selatan  membuat suatu gebrakan yang sangat radikal, yaitu menjadi kota pertama di luar dunia komunis yang melarang bentuk outdoor advertising mulai dari billboard, layar raksasa, ruang iklan di transportasi publik, hingga penyebaran pamflet dan sebagainya. Menurut tulisan Waizly pada web site http://the-marketeers.com, gerakan yang dilakukan pemerintah kota Sao Paulo di sambut dengan berbagai komentar oleh masyarakat kota tersebut.

Ada yang bilang tidak masuk akal, ada yang menilai langkah ini tidak akan efektif untuk mengurangi visual pollution, dan juga dibilang ini merupakan langkah kaum fasis.
Yang tersentak akan gebrakan ini adalah industri periklanan yang ketika itu menghitung opportunity lost bagi industrinya bisa mencapai sekitar $133 juta dollar ditambah lagi kerugian bagi 20,000 orang yang bisa kehilangan pekerjaan di industri.

Tapi mayoritas publik justru tetap mendukung langkah yang dimotori langsung oleh walikota Sao Paulo Gilberto Kassab yang melihat billboard sebagai pencemaran visual kota. Kassab turun sendiri ke lapangan dan membuka hotline untuk penduduk kotanya melaporkan jika ada bentuk outdoor advertising yang masih berkeliaran. Mereka yang mengabaikan peraturan ini didenda $4500 dollar per hari. Sao Paulo membutuhkan waktu tiga bulan untuk menghilangkan segala bentuk outdoor advertising ini termasuk 15.000 papan reklame raksasa yang tersebar di seluruh ruas kota.
Industri iklan yang tadinya menentang peraturan ini kini malah jadi suportif. Adanya pengekangan ini menuntut mereka untuk lebih kreatif lagi dalam menemukan media alternatif dalam beriklan. Apabila kita lihat Sao Paulo kini menjadi lebih berwarna, itu adalah karena hasil kreasi mereka. Toko di pinggir jalan dan gedung-gedung perkantoran dicat sedemikian rupa sesuai dengan karakter mereknya masing-masing.

gambar : bagian dari Kota Sao Paulo yang mengalami renovasi kreatif

Ketika outdoor advertising diharamkan, pelaku industri iklannya menjadi lebih kreatif di ruang indoor dan dunia internet lewat digital media dan social network. Nah ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Brasil bisa lebih maju digital marketing-nya di banding negara-negara Amerika Latin. Jadi bisa dibayangkan, jika memang ruang iklan outdoor dibatasi, bukan tidak mungkin ruang iklan di dunia digital ataupun indoor yang malah akan merajalela.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar